Gelap
Bagi Einstein, gelap itu tidak ada. Yang ada itu hanya ketiadaan cahaya.
Tapi bagiku itu sama saja. Gelap, hitam, dan aku tak bisa melihat apapun.
Eh tapi, benarkah? Tak ada apapun dalam gelap?
Aku membayangkan tentang seseorang yang tak bisa melihat, gelap. Dia tak lihat apapun, tapi aku tahu gelap pasti menyimpan sesuatu. Dia memukulkan tongkatnya ke jalanan, saat itu aku tertegun. Ya, suara! Gelap menyimpan nada!. Lalu diatas jalanan dia menggeserkan tongkatnya ke kanan, saat itu aku mengangguk. Ya, getaran! Gelap menyimpan rasa!. Lalu dia geser tongkatnya ke kiri, terkena batas dinding. Ya, arah! Gelap menyimpan petunjuk!.
Fikiranku melayang jauh menuju masa kecil ku sedang belajar mengaji di masjid perumahan.
"Shodaqollahul 'adzim..".. tutup guru ngaji ku tanda ia akan memulai sebuah cerita bijaksana.
Kala itu malam, ditengah laut terjadi badai yang luar biasa, ombak bergulung-gulung setinggi gunung bukan main, petir menyambar-nyambar seperti marah tak terkendali. Nabi Yunus, dilempar secara random ke tengah suasana seperti itu. Terombang-ambing lalu seekor paus menelannya hingga kedalam perutnya yang luas. Di malam hari, badai, di dalam perut ikan paus, dan di bagian laut terdalam.
Ini inti ceritanya; gelap. Gelap yang sempurna.
Ingatkah kamu, gelap menyimpan nada.. Nabi Yunus bersenandung lirih menyebut Allah dalam bait syairnya.
Ingatkah kamu, gelap menyimpan getaran rasa... Bergetar hati sang Nabi, merasakan kehadiran Kekasihnya, lalu meneteskan air mata..
Ingatkah kamu, gelap menyimpan petunjuk... Allah memeluknya erat, menyemangati dengan caranya, dosa mu telah Ku hapus.. bangkitlah, Yunus..
Semburat cahaya mentari hadir, aroma pagi yang baru terasa begitu segar sampai rongga dada. Kini ku berbeda, namun kadang aku tetap merindukan gelap. Karena itu saat yang tepat untuk "berdua"..
Komentar